Hujan Tiba Aktifitas Perajin Genteng Terganggu
Ket [Foto]:

Hujan Tiba Aktifitas Perajin Genteng Terganggu

TEMANGGUNG, Seiring datangnya musim penghujan menyebabkan aktifitas perajin genteng di desa Tegowanuh Kecamatan Kaloran terganggu utamanya untuk pengeringan membutuhkan waktu lebih lama . Dengan demikian produksi genteng siap jual juga menjadi lebih lambat, sehingga berpengaruh pada tingkat pendapatan perajin.
Salah seorang perajin Sarinten (54) Kamis (15/11) disela-sela mencetak genteng menuturkan jika pada musim kemarau waktu pengeringan hanya butuh waktu dua hari, namun sekarang setelah musim hujan tiba waktu pengeringn menjadi lebih lama antara 3 sampai 4 hari. Hal itu otomatis mengakibatkan proses produksi genteng siap jual juga mengalami keterlambatan, jika pada musim kemarau dalam 1 bulan bisa melakukan pembakaran, namun kini paling cepat 1, 5 bulan baru bisa membakar.
Dikemukakan, dengan lamanya waktu untuk bisa membakar maka secara otomatis memengaruhi pendapatan, dalam artian jika sebelumnya dalam sebulan sudah ada pemasukan dari penjualan genteng yang sudah dibakar. Namun sekarang harus menunggu 1,5 bulan baru bisa menjual setelah genteng selesai dibakar. Dengan kondisi seperti itu, maka dirinya harus pintar-pintar mengelola keuangannya agar bisa cukup untuk memenuhi berbagai kebutuhan, sampai bisa membakar kembali genteng untuk selanjutnya dipasarkan kepada konsumen.
“Genteng bisa dilakukan kalau benar-benar sudah kering,pasalnya bila belum kering betul maka kualitas genteng yang dihasilkan tidak bagus. Akibatnya malah sulit dipasarkan bahkan sama sekali tidak laku dijual sehingga merugi. Oleh karenanya ditunggu sampai kering siap bakar meski waktunya lebih lama” ujarnya.
Dia menuturkan setiap kali melakukan pembakaran dalam satu tobong sedikitnya bisa membakar 6000 biji genteng. Setelah selesai dibakar, kemudian genteng siap dipasarkan dengan harga ditempat 1000 per biji . Pemasaran relatif lancar karena selain dipasarkan didaerah sendiri, juga acapkali para pedagang dari luar daerah. Sedang bahan baku berupa tanah para perajin membeli dari luar dusun dengan harga Rp. 210.000 untuk 1 rit kendaraan open cup. Dari 1 rit tersebut bisa diproduksi menjadi 1.100 biji menggunakan mesin cetak press, dengan kecepatan produksi 50 biji /jamnya.
Kepala dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Temanggung Roni Nurhastuti mengharapkan para perajin genteng tetap mempertimbangkan kualitas dalam memproduksi. Jangan hanya mengejar waktu produksi, genteng yang dibakar masih magel (setengah kering) pasti nanti hasilnya tidak bagus sehingga perajin malah merugi. Oleh karena itu berkait dengan datangnya musim hujan , hendaknya para perajin pandai memenej waktu mengingat panas matahari terbatas, sehingga genteng yang dijemur jangan sampai kehujanan. Pasalnya bila sampai kehujanan maka akan membutuhkan waktu lebih lama lagi agar bisa kering, bahkan malah menjadi rusak ( Hms18/Edy Laks)

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook