Ritual Sewu Kupat, Makin Meriah Bersamaan HUT ke-79 Kemerdekaan RI
Ket [Foto]:

Ritual Sewu Kupat, Makin Meriah Bersamaan HUT ke-79 Kemerdekaan RI

Temanggung - Raja siang baru saja bangun, dan burung bernyanyi sambil berlompatan di dahan saat warga mulai berkumpul di dekat masjid di Dusun Gedongan, Desa Ngemplak, Kecamatan Kandangan, Temanggung, Jumat (16/8/2024). 

Pagi itu, warga menggelar ritual Sewu Kupat bersamaan dengan perayaan  HUT ke-79 Kemerdekaan RI. Ritual tahun ini lebih semarak. 

Warga berpakaian adat Jawa, mereka membawa kupat dan ingkung ayam kampung, untuk ritual merti dusun yang ditujukan untuk merawat sumber mata air Lenging yang berada di ujung pemukiman. 

Tua, muda, anak-anak, kakek, nenek dari dusun tersebut, serta dari desa lain, bahkan dari luar kota tumpah ruah mengikuti acara yang digelar usai panen kopi itu. 

Menuju ke lembah tempat ritual warga berarak dengan mengusung tiga gunungan yang tersusun dari sayuran hasil budidaya dari tanah pertanian. 

Di belakangnya iringan kelompok kesenian dan ketupat yang diusung kaum muda, kaum ibu dan wanita muda membawa ingkung diikuti barisan paling belakang drumband. 

Sesampai di lokasi ritual, gunungan, ingkung ayam dan kupat diletakkan berjajar. Dipimpin tokoh adat upacara digelar, yang dimulai dari tahlil, nyanyian atau kidung berisi nasehat menjaga kelestarian alam semesta, terutama sumber mata air dan cinta pada tanah air Indonesia. 

Setelah berdoa, warga pun berebut gunungan dan tumpeng, serta ayam  yang dilepaskan. Tidak lupa, remaja berpesta air dengan saling mencipratkan air. Mereka pun basah kuyup dalam kegembiraan. 

Puncak acara warga makan bersama, tumpeng dan ingkung yang dibawa. Terlihat warga saling bercerita dan bergurau. 
 
Sekretaris Desa Ngemplak Fauzi Amin mengatakan, ritual sewu kupat sebagai tradisi warga sebagai perwujudan rasa syukur atas karunia yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa, dan berdoa kedepan diberi peningkatan kesejahteraan. 

"Ritual juga untuk mengenang perjuangan Kiai dan Nyai Lenging dalam membuat saluran air menuju pemukiman. Saluran air itu kini masih berfungsi," terangnya. 

Kyai dan Nyai Lenging adalah sesepuh yang membuka lahan untuk perkampungan dan lahan pertanian di daerah tersebut. 

Dikatakan, sejumlah even budaya juga digelar warga, seperti pertunjukkan wayang kulit semalam suntuk yang juga berfungsi ruwatan, dan pengajian di masjid setempat. 

Camat Kandangan Heru Nugroho mengatakan, ritual sarat akan nilai-nilai kearifan lokal, terutama memelihara alam semesta, memelihara sumber mata air, selain mengenang jasa sesepuh. 

'"Even ini sekaligus peringatan HUT ke-79 kemerdekaan RI. Kami mendukung pelestarian tradisi budaya," tandasnya. (Aiz;Ekp)

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook