Profesi Dukun Bayi Sangat Membantu, Dinkes Temanggung Perlu Lakukan Regenerasi
Ket [Foto]: Para dukun bayi sedang unjuk kebolehan dalam acara peresmian Puskesmas Tembarak, Senin (6/1/2025).

Profesi Dukun Bayi Sangat Membantu, Dinkes Temanggung Perlu Lakukan Regenerasi

Temanggung - Profesi dukun bayi diperkirakan sudah ada sejak zaman kuno, sebelum ada bidan dan ilmu kedokteran modern seperti saat ini. Keberadaannya sangat dibutuhkan masyarakat, terutama kaum ibu yang hendak melahirkan sampai 40 hari pasca persalinan. Namun demikian, seiring kemajuan zaman, profesi mulia ini seakan makin tergerus roda zaman, sebab para wanita yang biasanya menjalani profesi ini semakin berkurang, termasuk keberadaan dukun bayi di Kabupaten Temanggung.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Temanggung dr Intan Pandanwangi Bandanawati mengatakan, sampai saat ini keberadaan dukun bayi memang sangat membantu pihak Dinas Kesehatan, dalam membantu kesehatan ibu dan anak, terutama pasca proses persalinan. Hal itu biasanya terjadi di desa-desa yang mungkin jauh dari fasilitas kesehatan, sehingga peran dukun bayi bisa dikatakan sangat vital. Namun demikian, ia mengakui untuk proses regenerasi sangat minim, dan posisinya saat ini menjadi penolong sekunder dari tenaga kesehatan.

"Dukun bayi memang untuk membantu ibu anak yang sudah melahirkan. Sementara ini yang ada memang harus kita latih, tapi untuk regenerasinya sepertinya memang sudah berkurang. Sudah tidak seperti dulu-dulu lagi," ujarnya ditemui di peresmian gedung baru Puskesmas Tembarak, Senin (6/1/2025). 

Pihak Dinkes sejauh ini kerap melakukan penyuluhan kepada para dukun bayi, terkait bagaimana melakukan perawatan ibu dan anak yang baru dilahirkan, supaya penanganannya bisa baik dan benar sesuai prosedur. Namun demikian, ketika ditanya upaya regenerasi sejauh ini belum ada, padahal jumlah dukun bayi semakin hari semakin berkurang. 

"Kita lakukan penyuluhan. Untuk jumlah dukun bayi kok tidak pasti, karena sudah sepuh-sepuh regenerasinya sudah berkurang," katanya. 

Dukun bayi dari Desa Tawangsari, Kenti (41) dan Istinganah (44) asal Gembingan Purwodadi, Kecamatan Tembarak, mengakui memang, meski profesi ini penting bagi masyarakat pedesaan, namun semakin hari peminatnya semakin tidak ada. Profesi ini biasanya diperoleh secara turun temurun dari si mbahnya atau ibunya. Ia sendiri tidak tahu apakah anaknya kelak mau meneruskan profesi dukun bayi atau tidak. 

"Biasanya dukun bayi itu turunan dari si mbahnya atau ibunya begitu. Memang semakin berkurang saat ini. Anak-anak kami juga belum tahu kelak mau meneruskan atau tidak, tapi saya berharap, jangan jadi dukun bayi nek ibune dadi mbah dukun anake minimal naik jadi perawat lah," tuturnya.

Ia menjelaskan, dukun bayi itu bertugas membantu bidan atau lebih tepatnya mitra bidan setelah ibu melahirkan, tapi tidak boleh memotong tali pusar. Mereka biasanya melakukan pijat kepada ibu dan bayinya, memandikan bayi selama 40 hari. Di wilayah Tembarak sendiri yang sering mengikuti kumpulan di Puskesmas ada 17 dukun bayi. (ary;ekp)

Para dukun bayi sedang unjuk kebolehan dalam acara peresmian Puskesmas Tembarak, Senin (6/1/2025).
Tuliskan Komentar anda dari account Facebook